GURU IDEAL PERSPEKTIF IMAM AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYA ULUMIDDIN

Breaking News

GURU IDEAL PERSPEKTIF IMAM AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYA ULUMIDDIN

 


Ketika seorang guru sedang sibuk mengajar murid-muridnya di lembaga pendidikan formal atau non formal ketika mengajar santri-santrinya di pesantren, maka dia sedang menghadapi  urusan yang sangat besar/sangat serius sehingga harus menjaga etika dan  menjalankan tugas-tugas serta memenuhi kewajiban-kewajibannya.

Inilah petuah-petuah dari imam Al-Ghazali yang dituangkan ke dalam kitab Ihya Ulumiddin  Juz 1  hal 55 – 58. Petuah ini sebagai bekal guru-guru di satuan lembaga pendidikan formal atau non formal bagi para kiai dan para ustadz di pesantren. Berikut saya sajikan kiat-kiat sukses untuk membimbing, mendidik dan mengajar murid-muridnya atau santri-santrinya agar mereka mendapat ilmu yang berkah, manfaat serta maslahat sebagai bekal hidupnya di dunia dan di akhirat. Amiin

Sebelumnya saya mohon maaf, kalau keterangan dari kitabnya tidak dicantumkan semua, karena terlalu panjang menulisnya, hanya poin-poin pentingnya saja yang saya sampaikan di sini, saya tidak lebih hanya menyampaikan maksud dengan bahasa yang sangat sederhana, agar mudah diterima dengan harapan semoga besar manfaatnya bagi para pendidik, para guru, para penyelenggara lembaga pendidikan formal maupun non formal, bagi para kiai, para ustadz di pesantren.

 الوظيفة الاولي : الشفقة علي المتعلمين وان يجريهم مجري بنيه، قال رسول الله صلعم إنما انا لكم مثل الوالد لولده،رواه ابو داود والنسائ وابن ماجه وابن حبان

 بأن يقصد انقاذهم من نار الاخرة وهو اهم من انقاد الوالدين ولدهما من نار الدنيا ولذلك صار حق المعلم اعظم من حق الوالدين فان الوالد سبب الوجود الحاضر والحياة الفانية والمعلم سببب الحياة الباقية لولا المعلم لانساق ما حصل من جهة الاب الي الهلاك الدائم وانما المعلم هو المفيد للحياة الاخر ية الدائمة اعني معلم علوم الاخرة او علوم الدنيا علي قصد الاخرة لا علي قصد الدنيا فاما التعليم علي قصد الدنيا فهو هلاك واهلاك نعوذ بالله منه وكما ان حق ابناء الرجل الواحد ان يتحابوا ويتعاونوا علي المقاصد كلها فكذلك حق تلامذة الرجل الواحد التحاب والتوادد ولا يكون الا كذلك ان كان مقصدهم الاخرة ولايكون الا التحاسد والتباغض ان كان مقصدهم الدنيا فان العلماء وابناء الاخرة مسافرون الي الله تعالي وسالكون اليه .

1. Guru harus menyayangi murid-muridnya atau santri-santrinya  sebagaimana ia menyayangi anak-anaknya sendiri, karena murid butuh kasih sayang gurunya, perhatian gurunya sebagaimana mereka butuh kasih sayang orang tuanya  sendiri, sebagaimana sabda Nabi SAW : sesungguhnya aku bagi kalian bagaikan orang tua terhadap anak-anaknya ( HR. Abu Daud, Nasai, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban ).

Guru mempunyai tanggung jawab untuk menyelamatkan murid-muridnya dari siksa api neraka di akhirat kelak. Hal ini lebih penting dibanding kedua orang tua yang harus menyelamatkan anak-anaknya dari api dunia, maka tanggung jawab guru lebih berat daripada orang tua, kalau saja orang tua menjadi penyebab lahirnya manusia di dunia yang fana ini, maka guru menjadi penyebab adanya kehidupan kelak di akhirat yang abadi.

Tanpa bimbingan guru seseorang akan celaka selamanya, karena guru akan berguna untuk kehidupan akhirat yang kekal, baik guru yang mengajarkan ilmu akhirat ( pengetahuan agama )  atau ilmu dunia dengan tujuan akhirat ( pengetahuan umum ), baik  melalui program pengajian di pesantren maupun program pembelajaran di satuan lembaga pendidikan formal atau non formal mulai dari tingkatan PAUD, RA, TK sampai Perguruan Tinggi.

Guru harus mendidik  murid-muridnya atau santri-santrinya untuk selalu kompak, saling menyayangi, saling membantu, saling bahu - membahu di antara mereka untuk mencapai tujuannya, karena tujuan akhir mereka adalah akhirat. Guru harus selalu bersikap sabar, tekun, ulet dalam menghadapi berbagai karakter murid-muridnya, karena tidak semua anak didiknya rajin, penurut, taat, cerdas, cerdik, ada juga yang malas, nakal, bandel, sebagaimana orang tua ketika mengurus anak-anaknya, namun bagaimanapun karakter dan sifat mereka yang berbeda – beda, yang begitu yang begini mungkin mereka selalu menyusahkan, menjengkelkan, Mereka tetap anak-anaknya yang harus mendapat perlakuan yang sama tanpa pilih kasih, itulah proses pengajaran dan pendidikan yang memang membutuhkan proses waktu dan kesabaran, keuletan, keistiqomahan, perjuangan, pengorbanan untuk merubah anak didiknya menjadi lebih  baik, berilmu, berakhlakul karimah serta bermartabat, oleh karena itu anggaplah murid-murid & santri-santri itu sebagai anak-anaknya.

الوظيفة الثانية : ان يقتدي بصاحب الشرع صلوات الله عليه وسلامه،فلا يطلب علي افادة العلم اجراولا يقصد به جزاء ولا شكرا بل يعلم لوجه الله تعالي  طلبا للتقرب اليه  لا يري لنفسه منة عليهم  ان كانت المنة لازمة عليهم بل يري الفضل لهم اذ هذبوا فلوبهم لان تتقرب الي الله تعالي بزراعة العلوم فيها كالذي يعيرك الارض لتزرع فيها لنفسك زراعة فمنفعتك بها تزيد علي منفعة صاحب الارض فكيف تقلده منة وثوابك في التعليم اكثر من ثواب المتعلمعند الله تعالي الخ ...

2. Guru harus mengikuti tuntunan Rasulullah SAW mengajar setulus hati, tanpa pamrih, tidak semata-mata karena upah, gaji, balasan atau imbalan, akan tetapi mengajar karena Allah, dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah, tidak menganggap dirinya istimewa bagi murid-muridnya akan tetapi justru murid-muridnya  itu sebagai anugerah baginya, ketika mereka mampu membersihkan hati-hatinya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena menanamkan ilmunya di hati mereka, dari hasil perjuangan dan pengorbanan gurunya.

Guru seperti orang yang meminjamkan sebidang tanah kepada muridnya untuk bercocok tanam, tentunya orang yang dipinjami tanah itu akan merasakan manfaat yang lebih besar dari pada pemilik tanah itu sendiri, maka bagaimana seorang guru akan mengalungkan anugerahnya itu padahal pahala mengajar itu lebih banyak daripada pahala murid - muridnya di sisi Allah SWT.

الو ظيفة الثالثة  : ان لا يدع من نصح المتعلم شيئا وذلك بان يمنعه من التصدي لرتبة قبل استحقاقها  التشاغل بعلم خفي قبل الفراغ من الجلي ثم ينبه ان الغرض بطلب العلوم القرب الي الله تعالي دون الرياسة المباهات الخ ...

3. Guru harus senantiasa menasehati dan  mengarahkan santri-santrinya atau murid-muridnya, agar jangan sampai tergiur bahkan terganggu atau terhambat oleh ilmu yang belum tingkatannya / belum saatnya dipelajari ( Bahasa Jawa : dereng pangkatipun ) seperti  terlena dengan ilmu kanuragan, kedigjayaan, ilmu pelet atau dengan ilmu di luar program pesantrennya atau lembaga formalnya, padahal disiplin ilmu yang sudah diprogram di pesantren atau lembaga formal pun belum terkuasai/belum tercapai, maka santri harus lebih fokus terlebih dahulu untuk mengkaji, menghafal, mempelajari serta mendalami  berbagai bidang ilmu di pesantren atau di sekolah untuk mencapai targetnya, karena tujuan mengaji/belajar adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan untuk mencari pangkat atau kedudukan.

الوظيفة الرابعة : وهي من دقائق صناعة التعليم،ان يزجر المتعلم عن سوء الاخلاق بطريق التعريض ما امكن ولا يصرح وبطريق الرحمة لا بطريق التوبيخ فان التصريح يهتك حجاب الهيئة ويورث الجرأة علي الهجوم بالخلاف الخ...

4. Guru harus mendidik murid-muridnya atau santri-santrinya agar tidak menerapkan budi pekerti yang tidak baik meskipun tugas ini sangat berat, namun harus tetap dengan kasih sayang, tidak dengan cara yang kasar, galak, bengis bahkan caci maki, karena hal itu akan merusak wibawanya sehingga murid-muridnya mungkin akan berani menentangnya.

الوظيفة الخامسة : ان المتكفل ببعض العلوم ينبغي ان لا يقبح في نفس المتعلم العلوم التي وراءه كمعلم اللغة اذ عادته تقبيح علم الفقه ومعلم الفقه تقبيح علم الحديث والتفسير  ان ذلك نقل محض وسماع وهو شأن العجائز  ولا نظر للعقل فيه،ومعلم الكلام ينفر عن الفقه  يق ل ذلك فروع وهو كلام في حيض النسوان فاين ذلك من الكلام في صفة الرحمن فهذه اخلاق مذمومةللمعلمين ينبغي ان يجتنب بل المتكفل بعلم واحد ينبغي ان يوسع علي المتعلم طريق التعلم في غيره،فينبغي ان يراعي التدريج في ترقية المتعلم من رتبة الي رتبة

5. Guru tidak cukup hanya mengajarkan satu bidang ilmu, namun juga harus memperluas ilmu serta wawasan murid-muridnya dengan berbagai bidang ilmu, agar pola pikir murid-muridnya tidak ortodok dan picik, bahkan kaku ( bahasa arab : jumud ) secara bertahap, dari satu jenjang ke jenjang yang lebih tinggi secara terprogram

الو ظيفة السادسة : ان يقتصر بالمتعلم علي قدر فهمه فلا يلقي اليه مالا يبلغه فينفره او يخبط عليه عقلها اقتداء افي ذلك بسيد البشر صلعم حيث قال [ نحن معاشر الانبياء امرنا ان ننزل الناس منازلهم ونكلمهم علي قدر عقولهم الخ...

6. Guru mengajarkan disiplin ilmu sesuai dengan kemampuan/tingkatan  murid-muridnya atau santri-santrinya, karena jika mengajarkan ilmu di luar kemampuan/tingkatan santri-santrinya atau murid-muridnya, pasti mereka akan menjauhinya karena tidak dapat dijangkau oleh akalnya, Sebagaimana sabda Nabi SAW: kami para nabi memerintahkan untuk menempatkan manusia pada tempatnya dan bicara kepada mereka sesuai kemampuan akalnya.

الو ظيفة السابعة : إن المتعلم القاصر ينبغي ان يلقي اليه الجلي اللائق به ولا يذكر له ان وراء هذا تدفيقا وهو يدخره عنه فان ذلك يفتر رغبة في الجلي ويشوس عليه قلبه ويوهم اليه البخل به عنه اذ يظن كل احد انه اهل لكل علم دقييق

7. Guru harus membuat program pembelajaran yang jelas, menyusun kurikulum yang lengkap, di satuan lembaga pendidikannya supaya mereka tidak asal-asalan semaunya sendiri dalam belajarnya, jangan pula mengiming-iminginya dengan ilmu lain yang lebih dalam atau lebih menarik atau yang lainnya yang selama ini dirahasiakan oleh gurunya, karena hal tersebut bisa mengganggu konsentrasi belajarnya, mereka akan menduga kalau gurunya itu pelit dengan ilmunya, karena akan menduga kalau gurunya itu membidani setiap ilmu yang mendalam.

الوظيفة الثامنة : ان يكون المعلم عاملا بعلمه فلا يكذب قوله فعله لأن العلم يدرك بالبصائر والعمل يدرك بالأبصار وارباب الابصار اكثر فاذاخالف العمل العلم منع الرشد  كل من تناول شيئا و قال للناس لا تناولوه فانه سم مهلك  

 واتهموه وزاد حرصهم علي ما نهوا عنه فيقولون لولا انه اطيب الاشياء و الذها لما كان يستأثر به الخ ...

8. Guru harus memberikan pelajaran ilmu yang sudah diterapkan oleh dirinya, jangan sampai dusta, ucapannya berbeda dengan perbuatannya ( menipu muridnya ), karena ilmu bisa ditemukan dengan kasat mata begitu pula amal, karena akan lebih banyaknya orang yang memperhatikannya, jika amal dan ilmunya berbeda, maka tidak akan mendapat petunjuk. Setiap orang yang meraih sesuatu lalu dia mengatakan kepada orang lain agar jangan sampai meraih sesuatu itu, maka itu racun yang akan merusak harga dirinya. Orang lain / masyarakat akan menduga dan penasaran atas larangannya, mereka akan mengatakan seandainya sesuatu itu lebih wangi dan lebih enak pasti dia akan mengambilnya.

Penerjemah : Al-faqir Jenal Mutaqin Cibodas

© Copyright 2022 - NU KBB Online