Syahriyyahan NU Karanganyar-Cililin Bahas Keutamaan Ilmu, Kejujuran, Qodho dan Qodar

Breaking News

Syahriyyahan NU Karanganyar-Cililin Bahas Keutamaan Ilmu, Kejujuran, Qodho dan Qodar

Cililin, 5 Januari 2025 – Pengurus Nahdlatul Ulama (NU) Karanganyar kembali menggelar kegiatan rutin Syahriyyahan, sebuah majelis ilmu yang bertujuan memperkuat ukhuwah Islamiyah dan sinergitas antaranggota NU. Bertempat di kediaman Ustaz Harun, Pondok Pesantren Al-Ikhlas, Kampung Cikenung, RT 05 RW 05, kegiatan yang dimulai pukul 13.00 ini dihadiri oleh para tokoh agama, pengurus, dan warga Nahdliyyin setempat.

Keutamaan Majelis Ilmu

Dalam sambutannya, salah satu panitia menyampaikan pesan tentang pentingnya majelis ilmu sebagai pilar penguatan nilai-nilai Islam. “Majelis ilmu adalah lentera yang menerangi jalan hidup kita. Di sini, kita mencari solusi atas berbagai permasalahan duniawi maupun ukhrawi,” ungkapnya penuh semangat.

Kegiatan ini juga menjadi sarana mempererat tali silaturahmi antar pengurus NU dan Nahdliyyin. Dengan suasana penuh kekeluargaan, para peserta memanfaatkan momen ini untuk bertukar gagasan demi kemajuan bersama.

Acara Syahriyyahan kali ini menghadirkan tiga narasumber utama yang membahas berbagai tema keislaman secara mendalam:

Ustaz M. Luthfie menyampaikan kajian dari kitab Tijan Duror tentang pentingnya sifat shidiq (kejujuran). Ia menekankan bahwa kejujuran merupakan fondasi utama dalam kehidupan, baik dalam bermuamalah maupun beragama. “Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai Al-Amin karena kejujurannya, dan ini menjadi modal utama diterimanya risalah beliau oleh para sahabat. Begitu pula dalam kehidupan kita, tanpa kejujuran, kepercayaan akan hilang, baik dalam keluarga, bisnis, maupun jabatan,” tegasnya.

KH. Alwi Ghozali mengupas tuntas konsep qadha dan qadar berdasarkan pandangan ulama Asy’ariyyah dan Maturidiyyah. Beliau menjelaskan bahwa memahami takdir tidak hanya melibatkan keyakinan, tetapi juga mendorong umat Islam untuk tetap berikhtiar. “Takdir bukan alasan untuk menyerah, melainkan pelajaran untuk bersyukur dan berusaha sebaik mungkin,” paparnya sembari mengutip dalil-dalil Al-Qur'an dan hadits.

KH. Nasep membawakan materi dari kitab Adab Sulukil Murid dengan pesan utama agar umat Islam menjauhi sifat takut (khauf) kepada makhluk dan rakus (thoma’) terhadap dunia. “Ketakutan kepada makhluk membuat seseorang lemah dalam menegakkan kebenaran, sementara ketamakan membuat manusia kehilangan harga diri. Gantungkanlah seluruh harapan hanya kepada Allah SWT,” ungkapnya. Pesan ini disambut antusias oleh peserta yang menyadari pentingnya akhlak mulia dalam kehidupan.

Majelis Ilmu untuk Penguatan Ukhuwah

Syahriyyahan ini bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga menjadi ajang membangun sinergitas dan kebersamaan di antara pengurus NU dan masyarakat. Kehadiran para ulama dengan pembahasan yang mencerahkan serta antusiasme peserta menjadikan kegiatan ini sebagai bukti nyata bahwa majelis ilmu tetap relevan sebagai pilar penguatan akidah dan ukhuwah Islamiyah.

Dengan suksesnya acara ini, Pengurus NU Karanganyar berharap Syahriyyahan dapat terus menjadi media penyebaran nilai-nilai Islam dan perekat persaudaraan. Majelis ilmu seperti ini, menurut mereka, adalah investasi berharga untuk mencetak generasi Muslim yang cerdas, berakhlak mulia, dan tangguh menghadapi tantangan zaman.

(Reporter: Tim LTN NU Bandung Barat)

© Copyright 2022 - NU KBB Online