Tugu Santri di Bandung Barat: Monumen Penyebaran Islam yang Menginspirasi

Breaking News

Tugu Santri di Bandung Barat: Monumen Penyebaran Islam yang Menginspirasi


Oleh: Cep Nedi Sugilar

Saat melangkah di kawasan Masjid As-Sidiq, Komplek Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat (KBB), sebuah monumen istimewa akan menarik perhatian: Tugu Santri. Monumen ini tidak hanya berdiri sebagai hiasan kota, tetapi juga menyimpan sejarah yang mendalam tentang penyebaran Islam di wilayah ini. Di depannya tertulis perjalanan panjang dakwah Islam yang dimulai sejak abad ke-19, ketika para ulama besar berjuang menyebarkan ajaran Islam di Bandung Barat dan sekitarnya.

Jejak Para Ulama Penyebar Islam di Bandung Barat

Penyebaran Islam di Bandung Barat memiliki akar yang kuat, dimulai sejak tahun 1871 M ketika seorang ulama besar, Mbah Dalem Maulana Muhammad Syafei, tiba di wilayah Cijenuk, Kecamatan Cipongkor. Keturunan Sultan Banten dan Syarif Hidayatulloh Cirebon ini memainkan peran penting dalam menanamkan nilai-nilai Islam. Warisan dakwahnya terus berlanjut, bahkan hingga beliau wafat pada 1854 M dan dimakamkan di makam keramat Cijenuk. Sosok beliau dikenal dengan sebutan Pangeran Atas Angin, sebuah nama yang menggambarkan kedekatannya dengan masyarakat setempat dan perannya yang besar dalam penyebaran Islam.

Di era berikutnya, KH Muhammad Ilyas, lahir pada tahun 1836 M di Lembur Gede Cibitung, menjadi tokoh yang meneruskan misi dakwah Islam. Beliau, yang berasal dari keturunan ulama besar Dalem Sawidak Sukapura Tasikmalaya, mendirikan pesantren dan melahirkan banyak ulama besar. Mama Cibitung, begitu beliau dikenal, menjadi figur penting yang menghubungkan generasi ulama terdahulu dengan pesantren-pesantren di masa sekarang.

Jejak penyebaran Islam tak berhenti di situ. Pada tahun 1918 M, berdirilah Pesantren Dawuan yang didirikan oleh Mama Al Ijaji, generasi ketujuh dari Mbah Dalem Syafei. Pesantren ini terus berkembang hingga hari ini, menambah warisan ulama di Bandung Barat yang menyebar hingga Cimahi dan Jawa Barat.

Sebuah Monumen Peringatan dan Inspirasi

Pembangunan Tugu Santri di Bandung Barat adalah bentuk penghargaan dan pengingat akan perjuangan para ulama tersebut. Pada waktu itu, tugu santri digagas oleh Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat, bersama KH. Hasan Nuri Hidayatullah, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, tugu ini diresmikan pada Hari Santri Nasional tahun 2019. Ini bukan sekadar monumen fisik, tetapi simbol kekuatan pesantren dalam membangun masyarakat yang religius dan berkontribusi besar terhadap perkembangan daerah.

Namun, yang disayangkan, banyak di kalangan santri dan masyarakat umum yang belum sepenuhnya mengetahui makna dan keberadaan tugu ini. Padahal, tugu ini bisa menjadi inspirasi bagi seluruh santri dan pesantren di KBB. Pesan yang ingin disampaikan melalui tugu ini sangat kuat: bahwa pesantren dan para santri memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat yang beradab dan religius, berkontribusi dalam pembangunan moral dan spiritual KBB.

Menghidupkan Semangat Santri melalui Tugu Santri

Sebagai sebuah simbol, Tugu Santri dapat menjadi pengingat bagi generasi muda—khususnya para santri—bahwa perjuangan untuk menyebarkan kebaikan dan ilmu tidaklah mudah. Para ulama yang tercantum dalam sejarah penyebaran Islam di Bandung Barat telah mencontohkan keteguhan dalam berdakwah, mengajarkan nilai-nilai luhur Islam, dan berjuang tanpa henti untuk kemajuan umat.

Dengan peringatan Hari Santri Nasional yang dirayakan setiap 22 Oktober, Tugu Santri bisa menjadi inspirasi tersendiri bagi kalangan pesantren untuk semakin menonjolkan eksistensi dan perannya di tengah masyarakat. Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar agama, tetapi juga sebagai lembaga yang membidani lahirnya masyarakat yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.

Tugu Santri sebagai Simbol Kebanggaan dan Identitas

Keberadaan Tugu Santri di Bandung Barat menunjukkan bahwa sejarah Islam di wilayah ini penuh dengan kisah inspiratif yang dapat dibanggakan. Setiap ukiran sejarah yang tergambar di tugu ini adalah jejak panjang perjuangan, bukan hanya sebagai pengingat masa lalu, tetapi juga sebagai pedoman bagi masa depan. Semangat keulamaan yang melekat pada monumen ini mengajak kita semua, baik santri, ulama, maupun masyarakat umum, untuk terus melanjutkan misi kebaikan yang telah ditinggalkan oleh para pendahulu kita.

Tugu ini seharusnya mendapat perhatian lebih dari pemerintah daerah, pondok pesantren, dan masyarakat umum. Dengan lebih banyak sosialisasi dan publikasi, tugu ini akan semakin dikenal dan menjadi kebanggaan masyarakat Bandung Barat. Dengan demikian, di masa depan, Tugu Santri bukan hanya menjadi monumen yang berdiri kokoh, tetapi juga simbol hidup yang terus menginspirasi perjuangan dakwah Islam di seluruh pelosok Jawa Barat dan Indonesia.

Sebagai santri, ulama, dan anggota Nahdlatul Ulama (NU), Tugu Santri adalah monumen yang harus dijaga dan dihargai, sebagai bentuk kebanggaan terhadap sejarah, tradisi, dan kontribusi pesantren dalam mencetak generasi yang berkarakter dan bermoral. Mari kita jadikan tugu ini sebagai pengingat bahwa Islam telah menyebar di wilayah kita dengan perjuangan besar para ulama, dan tanggung jawab kita adalah melanjutkan perjuangan itu dengan semangat dan dedikasi yang sama.

© Copyright 2022 - NU KBB Online